Selasa, 02 September 2025

Riau Hijau, Amanah yang Dijaga

Riau Hijau, Amanah yang Dijaga
Embiyarman, Plt Kadis DLHK Prov. Riau (kanan) bersama Pj Prov. Riau, mewakili Gubernur Riau menanam pohon di lokasi TNTN

Riau Hijau, Amanah yang Dijaga

Oleh: Iben Nuriska

Setiap zaman menuntut keberanian mengambil keputusan, tetapi tidak semua keputusan bisa diulang. Ada momentum yang, sekali dilewatkan, akan membuat arah pembangunan kehilangan denyutnya. Di Riau hari ini, di bawah kepemimpinan Gubernur Abdul Wahid, pemerintah sedang menyusun ulang cara kita memperlakukan bumi, hutan, udara, dan kehidupan itu sendiri. Sebuah jalan baru sedang dibuka: jalan pulang menuju ekosistem yang waras, adil, dan bernilai bagi generasi yang akan datang.

 

Jalan baru ini bukan sekadar koreksi arah, melainkan perwujudan dari visi besar Riau Hijau—sebuah cita-cita kolektif yang menempatkan lingkungan hidup sebagai fondasi pembangunan. Visi ini bukanlah proyek lima tahunan. Ia adalah amanah lintas generasi yang menuntut keberanian, kesabaran, dan konsistensi. Dan di sinilah letak pertanyaannya: siapa yang sanggup menjaga arah ketika publik mulai berpaling? Siapa yang menjaga nyala ketika sorotan meredup?

 

Namun jalan baru tak bisa dijaga dengan cara-cara lama. Ia butuh panduan baru, orang-orang yang bukan hanya paham medan, tetapi juga berani memikul beban. Dalam konteks inilah, nama Embiyarman, S.Hut., M.P. patut direnungkan bukan sebagai nama semata, melainkan sebagai simbol keberlanjutan kepemimpinan yang telah diuji oleh waktu dan kinerja.

 

Sebagai Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau, Embiyarman bekerja bukan dengan wacana, tetapi dengan langkah-langkah konkret yang sering tak sempat tampil di pemberitaan. Ia hadir di ruang-ruang teknis yang membosankan bagi banyak orang, memimpin rapat koordinasi yang luput dari sorot kamera, membahas baseline karbon, menganalisis peta degradasi hutan, menyusun strategi pencegahan karhutla, hingga mengingatkan perusahaan agar tidak lalai menjaga tanah yang mereka olah.

 

Ada orang-orang yang tidak sibuk menciptakan narasi tentang dirinya, karena seluruh narasi itu sudah tertulis dalam hasil kerjanya.

 

Embiyarman adalah satu dari sedikit nama yang tidak berdiri di atas janji, tetapi di atas sistem. Ia menolak menjadikan masyarakat sebagai objek pasif dari pembangunan, sebagaimana tercermin dalam pendekatannya terhadap Riau for Green. Dalam pandangannya, masyarakat tidak digurui, tetapi dilibatkan. Tidak digandeng hanya untuk dokumentasi, tetapi dijadikan mitra sejati untuk peradaban baru. Agroforestri, ekowisata, jasa lingkungan, dan konservasi tidak lagi dimaknai sebagai proyek, tetapi sebagai kehidupan yang berkelanjutan dan bermartabat.

 

Gubernur Wahid, tentu lebih dari siapa pun, tahu bahwa perubahan bukan perkara retorika. Ini adalah soal siapa yang menjaga semangat tetap menyala saat perhatian publik mulai menipis. Dan dalam kerja birokrasi, Embiyarman menjaga semangat itu. Tidak dengan teriak-teriak, tetapi dengan menyusun metodologi ART TREES yang membuat nama Riau kini dihormati dalam forum-forum internasional. Tidak dengan berdebat di ruang publik, tetapi dengan memastikan seluruh kabupaten menyusun kesiapsiagaan menghadapi karhutla, karena ia tahu bahwa satu titik api bisa menghancurkan kepercayaan dunia yang telah dibangun dengan susah payah.

 

Dan dalam zaman yang penuh dengan selebrasi posisi, barangkali yang kita butuhkan justru adalah sosok yang tidak mengincar jabatan, tetapi memperlakukan jabatan sebagai amanah.

 

Itulah mengapa, memilih para pimpinan instansi bukan sekadar administrasi birokrasi. Itu adalah keputusan arah. Apakah kita ingin mempertahankan kesinambungan visi Riau Hijau yang telah tumbuh dengan susah payah? Apakah kita ingin memastikan bahwa Riau benar-benar berubah, tidak hanya dalam dokumen rencana pembangunan, tapi juga dalam kenyataan lapangan yang dihirup rakyat?

 

Embiyarman datang menawarkan semangat baru. Ia datang sembari menjaga hal-hal yang sudah benar agar tak tergelincir. Dan dalam kerja lingkungan hidup, menjaga konsistensi agar tidak mundur adalah keberanian terbesar yang bisa diberikan seorang pemimpin.

 

Di tengah banyak nama, ada yang bersinar karena pencitraan. Ada pula yang bersinar karena kinerja. Embiyarman, kiranya, termasuk yang kedua.

 

Maka pertanyaannya bukan lagi: siapa yang tersedia? Tapi siapa yang telah membuktikan bahwa dia sanggup? Dan lebih jauh lagi: siapa yang rela menanggung sepi demi menjaga amanah Riau Hijau tetap hidup dan menyala?

 

 

 

#Abdul Wahid #embiyarman #riau hijau