Dr. H. Erman Gani, MA
Dosen UIN Suska Riau/Sekretaris MUI Kota Pekanbaru
Ramadhan telah kembali ke hadirat Ilahi. Bulan penuh keberkahan, yang dipenuhi amal ibadah berbalut pahala, kini telah berlalu. Namun, sejatinya, Ramadhan bukan sekadar bulan menahan lapar dan dahaga. Ada buah yang lebih berharga dari ibadah ini: kesadaran bahwa ada yang Maha Mengawasi setiap gerak dan langkah kita—Allah SWT.
Lihatlah seorang mukmin yang berpuasa. Saat ia berkumur di siang hari Ramadhan, tidak ada yang tahu jika ia sengaja menelan airnya. Tidak ada yang memperhatikan, bahkan sahabat di sampingnya pun tidak akan tahu. Namun, mengapa ia tetap menjaga puasanya dengan ketat? Karena ia yakin ada yang Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan Maha Mengawasi.
Keyakinan ini bukan sekadar teori, tetapi tertanam dalam sanubari. Allah SWT tidak hanya mengetahui apa yang tampak, tetapi juga yang tersembunyi, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-A’la ayat 7: "Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi."
Pengawasan Ilahi: Kunci Kedisiplinan dan Integritas
Pengawasan memiliki kekuatan luar biasa dalam menertibkan tindakan seseorang. Coba perhatikan:
Mahasiswa yang sedang ujian akan lebih tertib jika dosen berada di dalam kelas.
Pekerja di kebun akan lebih giat bekerja jika pemilik kebun mengawasi mereka.
Pengguna jalan raya lebih patuh jika ada polisi yang berjaga.
Pejabat publik lebih disiplin jika ada lembaga yang mengaudit mereka.
Lalu, bagaimana dengan seorang mukmin? Jika manusia bisa berubah karena pengawasan sesama, seharusnya ia lebih menjaga diri karena yakin Allah SWT senantiasa mengawasi.
Ramadhan mengajarkan kita bahwa pengawasan Allah SWT lebih kuat dari pengawasan manusia. Jika selama Ramadhan kita bisa menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa meskipun tidak ada yang melihat, maka setelah Ramadhan pun kita harus tetap menjaga kesadaran ini. Seorang mukmin sejati akan terus merasa diawasi oleh 'CCTV Ilahi' yang tidak pernah mati dan tidak pernah terlewatkan satu pun perbuatan.
Menjadikan Kesadaran Ini Sebagai Gaya Hidup
Puasa bukan hanya ritual tahunan, melainkan latihan spiritual yang membentuk karakter. Setelah Ramadhan berlalu, sudah selayaknya kita tetap membawa kesadaran akan pengawasan Allah dalam setiap aspek kehidupan:
Jujur dalam pekerjaan meskipun tidak ada atasan yang melihat.
Amanah dalam tanggung jawab meskipun tidak ada yang mengawasi.
Tulus dalam berbuat baik meskipun tidak ada yang memuji.
Karena sejatinya, yang kita cari bukanlah pengakuan manusia, melainkan ridha Allah SWT. Jika kita bisa mempertahankan kesadaran ini sepanjang tahun, maka Ramadhan benar-benar telah memberikan buah terbaiknya bagi kita.
Selamat menjaga ketakwaan, karena mata manusia boleh tidak melihat, tetapi hati selalu merasa: Allah Maha Mengawasi.***rls
#safari Ramadhan #Herman gani #ramadhan